Rabu, 23 Desember 2015

Enam Bulan Pertama

   Berat. Sangat berat. Kesanku saat harus satu sekolah dan bersaing dengan anak cerdas dengan high achievement. Bukan hal yang mudah. Ambisi itu akan selalu muncul seiring kita tidak mau berada di posisi rendah. Bukan malas atau apa, sering namaku muncul di posisi anak rata-rata bawah karena memang kapasitas otakku yang mentok segitu. Jadi mau gak tidur seharian buat belajar nilaipun nilaiku ya stuck  disitu.
   Miris. Ketika kamu belajar hingga tengah malam. Tapi yang tuntas justru yang baru belajar paginya. Ngga baik emang membanding-bandingkan nilai.  Ngga baik merendahkan usaha orang. Seolah-olah tidak bersyukur dengan nilai yang udah ada. Tapi di sisi lain terbersit, "Salahku apa yaa? Kenapa nilaiku bisa segini?"
   Tidak sedikit yang ketika nilainya tuntas tiba-tiba berkata, "aah nilaiku kok cuma 80.." Aku benar-benar ngga ngerti apa yang ada dipikirannya. Harusnya ia merasakan posisiku untuk bisa mengerti betapa bersyukur nya dapet nilai sebagus itu. Atau ada juga yang bilang, "Iiiih nilaiku cuma 74, nyariss . Aku mah mending dapet nilai jelek sekalian daripada dapet segini. Nyesek" Lalu muncul umpatan dariku. Gembel. Pikiranmu pendek sekali. Astagfirullah. Sabar.
   Tentu banyak juga yang berasumsi nilai itu tidak begitu penting, jadi mereka hanya memedulikan apakah mereka dapat remed atau tidak, sehingga tidak perlu mengeluhkan hal -hal macam itu.
   Enam bulan pertama dengan kesabaran ekstra.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Let's Talk Template by Ipietoon Cute Blog Design